Selasa, 24 September 2013

MENGAJARKAN ANAK BERSIH - BERSIH

Ketika anak bermain, ia kerapkali menarik semua mainannya, menyimpan dengan sembarangan, mengambil lagi mainan yang baru, dan membiarkan mainan yang sebelumnya ketikan anak tertarik pada mainan lainnya. Mainan anak yang bertumpuk menjadi pekerjaan harian seorang ibu untuk membereskannya, dan hal ini seringkali membuat ibu frustasi karena dalam sehari saja seorang anak bisa beberapa kali mengeluarkan mainannya, hal ini cukup melelahkan. Belum lagi anak suka bermain di dekat orang tuanya, sehingga mainan terserak di semua sudut rumah.

Banyak orangtua menginginkan agar anaknya membereskan mainannya setelah bermain. Orang dewasa tentu lebih peduli kepada kebersihan sedangkan persepsi anak tentang merapikan/bersih-bersih tidak seperti otang tuanya.
Ketika orangtua menekan anak untuk merapikan setiap mainannya, minat anak terhadap mainan menjadi berkurang dan menghambat anak untuk melakukan eksplorasi dan bermaian yang merupakan bagian penting dalam masa kanak-kanak. Kemudian anak malah beralih kepada hal lain seperti menonton TV. Lalu apakah tepat jika anak dilibatkan untuk 'bersih-bersih'?
Meskipun merapikan mainan anak merupakan tugas orang tua, namun orang tua dapat melibatkan anaknya. Caranya:
- ajaklah anak merapikan mainannya bersama Anda
- arahkan kepada anak kemana ia harus menyimpan mainannya
- berikan perintah khusus kepada anak, seperti "De, ade kumpulin bolanya, mama yang masukinnya ke keranjang"
- jika anak terkadang enggan merapikan mainan, Anda tidak perlu memaksanya, Anda cukup membersihkan hal lainnya. Suatu saat Anda akan mendapati anak Anda membersihkan mainannya dan bahkan membantu pekerjaan Anda, hal itu anak lakukan tidak lain untuk membuat Anda bahagia.

Sabtu, 21 September 2013

DIDIKLAH ANAK SEBAGAIMANA ALLAH MENDIDIK KITA

Allah mencukupi kebutuhan kita tanpa harus dipinta.
-berusahalah mengetahui keinginan anak kita sebelum ia meminta kepada kita, dan ungkapkanlah perasaan 'rahman' kita lalu perhatikan apa yang terjadi?


Allah mencukupi kebutuhan kita tanpa harus dipinta.
-berusahalah mengetahui keinginan anak kita sebelum ia meminta kepada kita, dan ungkapkanlah perasaan 'rahman' kita lalu perhatikan apa yang terjadi?

Allah maha luas ampunanNya
-maafkan lah segala kesalahan anak yang tidak disengaja seberapa besarpun sesalahan dia, dan berilah pengertian bahwa kita tidak menyukai perbuatannya itu, lalu perhatikan apa yang terjadi?

Allah maha dasyat siksaNya
-hukumlah anak ketika dia melakukan kesalahan, jangan ditunda dan jangan pilih waktu lain. jangan memarahi anak setelah semuanya berlalu, hukumlah dengan bijak seperti Allah menegurkita dengan bijak.

Allah mengajarkan kepada kita bahwa buminya, ilmunya sangat luas.
-berilah pemahaman kepada anak bahwa belajar tak hanya di lakukan diruangan sempit'kelas', bukan hanya lembaga normatif'sekolah', rubahlah paradigma kita, bahwa belajar bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja asal kita tahu cara bagaimana kita belajar. ketika anak telah paham perhatikan apa yang terjadi?

Allah tak memandang perbedaan dari hambaNya kecuali hanya dari segi ketakwaannya saja
-jangan terlalu memuji anak kita atas kelebihannya kepada orang lain, biarkanlah pujian orang itu mengalir dengan tulus, karena pujian kesempurnaan anak kita kepada orang lain bisa berarti beban psikologis bagi anak itu sendiri.

wallahu alam. 

KRITERIA MENJADI DEWASA

Dewasa dibagi menjadi tiga fase, dewasa awal (sekitar usia 20), dewasa tengah (sekitar usia 40), dewasa akhir atau lanjut usia (sekitar usia 60/65). Yang kita bicarakan disini adalah dewasa awal, dimana kita disebut sebagai orang dewasa bukan lagi remaja.
Lalu apa yang membedakan antara remaja dengan orang dewasa, kriteria apa yang harus kita penuhi sehingga kita disebut sebagai orang dewasa?

Sebelum memasuki masa dewasa kita mengalami transisi. Transisi antara masa remaja dengan masa dewasa yang sering disebut dengan masa muda/youth (istilah yang dipakai oleh sosiolog Kennith Kenniston). Berbeda dengan remaja yang berjuang untuk mendefinisikan dirinya, kaum muda berjuang membangun pribadi yang mandiri dan menjadi terlibat secara sosial.

Terdapat dua kretira yang menunjukkan berakhirnya masa muda ke permulaan masa dewasa awal. Dua kriteria itu adalah kemandirian ekonomi dan kemandirian dalam membuat keputusan.
Pada umumnya kita disebut dewasa ketika telah bekerja secara penuh, hal ini bisa terjadi setelah tamat sekolah menengah atas atau bagi sebagian yang lain setelah lulus sarjana. Namun tidak semua orang sudah bekerja secara mapan setelah menyelesaikan pendidikannya, mandiri secara ekonomi terlepas dari perlindungan orang tua terjadi secara bertahap.
Kriteria yang kedua yaitu kemampuan untuk membuat keputusan. Membuat keputusan yang dimaksud adalah pembuatan keputusan secara luas tentang karir, nilai-nilai, keluarga dan hubungan, serta tentang gaya hidup. Pada waktu muda seseorang mungkin mencoba banyak peran yang berbeda, mencari karir alternatif, berpikir tentang berbagai gaya hidup, dan mempertimbangkan berbagai hubungan yang ada. Individu yang beranjak dewasa biasanya membuat keputusan tentang hal-hal ini, terutama dalam bidang gaya hidup dan karir.

The process of entering into adulthood is more lengthy and complex than has usually been imagined. It begins around 17 and continues until 33……A young man needs about 15 years to emerge from adolescence, find his place in adult society and commit himself to a more stable life. (Daniel J Levinson)

Jadi, sudahkah kita dewasa?

Anak butuh orang tua yang mampu menjadi pendengar yang baik

Kadang anak perlu kerja keras untuk mendapatkan perhatian dari orang tuanya. tak banyak yang diminta anak, hanya sedikit waktu untuk mendengar ceritanya, keluhannya , cita dan asanya, persepsinya tentang dunia, dan hal-hal baru yang dia temui disetiap hari yang berbeda.

Dahulu tak sulit bagi anak untuk mendapat perhatian dari orang tuanya, karena kehadiran dia sangat berharga disetiap keluarga, bahkan perubahan sedikitpun selalu mendapat pujian dari ortu, hingga setiap ortu tahu kapan pertama kali anaknya bisa makan, berbicara dan berjalan. namun, seiring waktu berlalu perhatian itu makin memudar, hingga bukan hal-hal kecil saja yang tidak mendapat perhatian dari orang tua, bahkan hal-hal besar yang terjadi pada anaknya, orang tua menjadi tidak tahu dan tidak mau tahu. sehingga anak butuh waktu lebih dan cara yang lebih kreatif untuk mendapatkan perhatian dan pujian yang sebenarnya dahulu ia mudah dapatkan.

luangkanlah waktu sejenak untuk anak karena bukan hanya materi saja yang ia butuhkan, namun lebih dari itu.

sediakanlah waktu yang khusus untuk mereka, tak ada salahnya jika seorang ayah diam di taman sekedar untuk bercengkrama dengan anaknya,tak harus ketempat rekreasi yang mahal, taman disekitar komplek rumah kita pun akan sangat berarti, sudah berapa lamakah kita tidak melalukan hal itu bersama anak kita?

Jangan memaksa anak untuk mendengarkan ucapan kita selama kita tak bisa menjadi pendengar yang baik buat anak.

menjadi sebuah renungan bagi orang tua jika anaknya tak mau mendengar orang tuanya, karena tak sengaja kita mengajarkan hal itu.

semoga sepeninggalan kita, tumbuh anak-anak yang lebih berkualitas dan berbakti kepada orang tua.

Karena sebagian besar muncul kesalahpahaman akibat kita tak mampu menjadi pendengar yang baik bagi orang lain.